Selasa, 14 Mei 2013

Kalau Saja




Cerita ini di tulis untuk di ikut sertakan dalam kuis yang diadakan oleh Mbak Primadonna Angela @cinnamoncherry #NulisYuk

Kalau Saja...

Di pojok kafe Resep Cherry ini Aku menyesap dalam—dalam segelas cappuccino di hadapanku. Ini sudah gelas kelima yang Aku minum. Dua jam sudah berlalu, tetapi yang ditunggu tak kunjung datang. Aku gelisah tak menentu. Kemana dia? Mengapa dia tidak datang? Pertanyaan-pertanyaan itu melayang-layang di kepalaku.
Aurine, nanti ketemuan yuk di Kafe Resep Cherry jam 8 malam ya. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan. Sms nya tadi siang.
Mataku masih sibuk mengamati pintu masuk Kafe ini, siapa tahu dia datang pikirku. Jariku sibuk memencet tombol-tombol di hp. Aku mencoba menelpon nya, suara lagu She Will Be Loved-nya  Maroon 5 terdengar dari sana. Tidak ada jawaban. Ku kirim pesan singkat ke nomer nya, sama saja, tidak ada balasan.
Ya, Aku sedang menunggu Kevin, sahabatku. Alvordo Kevin cowok ganteng berdarah Manado Belanda yang biasa di panggil Kevin ini sudah hampir 1 tahun menjadi sahabatku.
Ia berjanji akan menemui ku di sini, di kafe Resep Cherry ini. Ada sesuatu hal yang penting yang ingin dia bicarakan. Tapi, sampai Kafe ini sudah mau tutup pun Kevin tak juga datang.
“Permisi mbak... Kafe kami sebentar lagi sudah mau tutup. Masih ada yang bisa kami bantu?” Kata Sella, salah satu waitress kafe ini memberitahu ku.
“Oh baiklah, boleh Saya minta bill nya?” kataku dengan mata masih mengamati pintu masuk.
“Tunggu sebentar ya mbak.” Jawabnya seraya meninggalkanku.
Selagi waitress mengambil bill ku, Aku  mencoba menelpon  Kevin lagi untuk yang kesekian kalinya dan untuk yang terakhir kalin nya. Sama saja tetap tidak ada jawaban. Aku sebal.
“Ini mbak bill nya.” Kata waitress menyodorkan selembar kertas ke hadapanku.
“Oh terima kasih, ini... ambil aja kembalian nya.” Kataku. Ku keluarkan selembar uang seratusan dan ku kasih ke waitress yang bernama Sella ini.
“Terima kasih mbak.” Jawabnya sambil tersenyum ramah kepadaku. Ku balas senyum ramahnya itu.
***
Aku mengulet malas di kasur. Ku lihat jam dinding, baru pukul 6.30. Masih pagi. Mata kuliah akan dimulai 5 jam lagi. Masih ada waktu untuk Aku bermalas malasan pikir ku. Aku menguap lebar. Kesal menunggu Kevin semalam membuat Aku cukup lelah.
Ah, iya Kevin! Aku baru ingat. Buru-buru ku cari hp dan ku cek. Kekecewaan terlihat di raut wajah ku. Tidak ada satu pun sms atau telpon darinya. Kekesalan ku menambah.
“Menyebalkan, sungguh menyebalkan. Sudah ingkar janji, tidak mengabari ku, tidak minta maaf pula. Argggh...” gerut uku sebal sambil memukul guling kesayanganku.
“Awas aja ya Vin, aku gak akan memaafkan mu. Aku gak akan mau bertemu lagi denganmu. Hhh...” janji ku pada diri sendiri.
Kulangkah kan kaki ku dengan malas menuju kelas. Tidak terasa sudah pukul 10.15, lima belas menit lagi kuliah dimulai. Benar saja lima belas menit kemudian Bu Keysia sudah menampakkan tubuhnya yang tambun itu.
90 menit mata kuliah Bu Keysia berlangsung. Tidak ada satupun penjelasan yang di kasih Bu Keysia masuk ke otakku. Yang hanya di pikiranku hanya lah Kevin. Perasaan dongkol sekaligus khawatir itu muncul lagi. Sampai-sampai aku tidak sadar telah menggebrak meja.
Braaaak!!!
“Auuuu..” pekik ku kesakitan. Telapak tanganku memerah perih. Aku terlalu keras memukul meja. Semua mata tertuju padaku. Begitu juga dengan Bu Keysia. Sorot matanya terlihat sinis menatapku, sepertinya, ia tidak suka pelajarannya terganggu oleh ku. Benar saja.
“AURINE MITCHELL!!!” terika Bu Keysia ke seluruh saentro kelas.
“I...ii..iya Bu.” Jawabku takut-takut.
“Sekarang kamu keluar dari pelajaran saya, karna kamu sudah mengganggu konsentarsi ibu!” perintah Bu Keysia galak.
Cepat-cepat ku masukkan bukuku ke dalam tas, lalu kulangkah kan kaki menuju keluar kelas sambil tertunduk lemas dan malu. Argggh... ini semua gara-gara Kevin, gerutu ku dalam hati.
Aku jatuhkan tubuhku di bangku kantin sekolah. Ku pesan segelas Es Jeruk untuk menenangkan hatiku.
Tidak lama, terdengar suara Marisa memanggil-manggil namaku dari kejauhan.
“Aurine.. rine.” Panggil Marisa setengah berteriak.
“Apa?” jawabku lemas setelah ia berada di dekatku.
“Dih. Kenapa lo? Lemes amat keliatan nya. Hm.. bu pesan jus stroberi nya ya satu” jawab Marisa sambil memesan jus stroberi.
“Tadi gue di keluarin Bu Keysia dari kelasnya.”
“Loh? Kok bisa? Emang nya lo ngapain sih Rine?”
“Tadi gue ngegubrak meja.” Jawabku singkat.
“Weeeeess. Lagian lo ngapain lagi ngegubrak meja di kelas?”
“Gue dongkol gara-gara ngelamunin Kevin.”
“Emang kenapa kevin?”
“Kemaren dia janji mau ketemuan sama gue di kafe biasa jam 8 malam, gue udah nunggu 2 jam di sana, udah kaya kambing congek, tapi dia gak dateng dateng juga. Gue udah telponin, smsin berkali kali juga gak di angkat atau pun di bales. Eh tadi pagi nih, pas gua bangun. Kaga ada tuh satu pun sms dari kevin buat minta maaf sama gue. Nyebelin kan. Siapa juga yang gak gondok kaya gitu.” Ceritaku panjang lebar.
“Yaudah sih, sampe segitu nya Rine. Lagian kan dia baru pertama kalinya kan kaya begini.” Kata Marisa, sabar.
“ Tapikan...dia seenggaknya bisa ngabarin gue gitu kalo gak bisa dateng.”
“Mungkin dia lagi urusan penting yang gak bisa di tinggalin kali Rine makanya dia gak bisa dateng dan gak bisa ngabarin lo.”
Seketika aku memikirkan perkataan Marisa tadi. Benar juga kata Marisa, mungkin dia ada urusan yang gak bisa dia tinggalin, pikirku. Perlahan hatiku luluh. Tetapi, sejenak aku ingat kejadian menyebalkan kemarin. Hatiku kembali mengeras. Yah begitulah aku keras dan egois,
“Ah sebodo amat deh Sa. Pokonya gue sebel sama kevin. Gue gamau lagi ketemu sama dia.” Kataku emosi
“Jangan gitu loh Rine, nanti kalo kejadian beneran aja, nyesel lo.” Kata marisa memperingatiku.
***
Bintang-bintang gemerlap  bertaburan di langit luas. Aku sedang duduk melamun di bangku santai balkon rumah.
Dreeett...dreeet..
Bunyi handphone membuyarkan lamunanku. Kulihat layar hp ku. Terlihat satu sms. Dari Kevin.
Rine, bisa ketemu gak sekarang? Di taman komplek rumahmu.
Ku abaikan sms Kevin, Aku masih sebal dengannya. 10 menit kemudian terdengar lagi suara getaran hp masih dari orang yang sama dan permohonan yang sama. Aku tetap mengabaikannya. 5 menit berlalu, suara getaran hp terdengar kembali. Kali ini bukan sms tapi telpon. Kevin menlponku, tetap saja Aku tidak mengangkat telpon darinya.
Bunyi getaran sudah mati, tidak lama terdengar lagi bunyi yang sama.
Ku mohon Rine, kali ini saja. Di taman komplek. Sekarang.
Baiklah. Balasku singkat.
Aku bergegas keluar meninggalkan balkon, bukan untuk menemui Kevin tapi untuk pergi tidur. Aku membalas smsnya hanya agar dia tidak lagi menggangguku. Aku malas bertemu dengannya. Aku Belum ingin bertemu dengannya. Lagi pula ini sudah sangat larut. Jadi kuputuskan untu mencucu kaki dan pergi ke indahnya alam mimpi.
***
Hari-hari pun berlalu. Setelah malam itu tidak ada lagi sms dari kevin. Malam itu adalah sms terakhir yang kevin kirim kepadaku. Akupun tidak begitu terlalu memikirkannya, karna aku sibuk dengan tugas kuliahku.
Pukul 9.30 malam. Aku baru pulang kuliah. Angkot yang biasanya aku naiiki sudah tidak beroprasi jam segini. Kuputuskan untuk naik ojek saja. Ojek yang kunaiiki kali ini melintas melewati rumah Kevin.
Ibu-ibu berpakain hitam terlihat keluar dari rumah Kevin. Ada apa di rumah Kevin. Mengapa banyak ibu-ibu berpakaian hitam. Perasaan penasaraan menyergapiku. Kuhentikan ojek yang ku naiikki. Ku langkahkan kaki ku menuju kedalam rumah Kevin. Disana terlihat wanita separuh baya dengan mata yang sembab sedang memeluk sebuah foto.
Aku berjalan mendekatinya. Terasa aura kesedihan di dalam rumah Kevin. Perasaanku tidak enak.
“Tante.. ini ada apa?” tanyaku hati-hati kepada Tante Maya, Mama Kevin.
“Tah.. tah.. li.. tahlilan Rine.” Jawab Tante Maya dengan bibir bergemetar.
“Siapa yang meninggal Tante? Siapa Tante? Dimana Kevin?
“Kev.. Kevi.. Kevin Rine. Kevin udah pergi. Seminggu yang lalu.” Terlihat sebulir air jatuh membasahi pipi Tante Maya.
“Gak mungkin Tan. Tante bohong kan sama Aurine. Ini gak bener kan Tan?” aku tertohok oleh pernyataan Tante maya. Hatiku terasa sakit, seperti luka yang di tetesi cuka.
“Ini bener Rine. Kevin meninggal tertabrak truk sepulang ia dari taman. Waktu itu ia izin ke Tante untuk bertemu dengan mu. Tetapi beberapa jam setelah Kevin pergi, Tante dapet kabar kalau dia tertabrak dan sudah ada di rumah sakit. Nyawanya ga bisa tertolong lagi Rine” Cerita Tante Maya
Aku diam, tak mampu berkata apapun. Aku hanya menangis. Ingin rasanya Aku menjerit. Tapi apa daya, percuma semuannya sudah terjadi. Apa yang bisa ku perbuat lagi.
“Ini Rine, ini surat yang Kevin tulis sebelum Ia pergi, buat kamu.” Kata Tante Maya, menyodorkan segulung kertas dengan pita berwarna ungu, warna kesukaanku.
Aku menerima gulungan itu dan Aku membacanya dengan derasnya air mata membasahi pipiku.
Dear Aurine,
Jangan nangis Rine! Aku yakin pasti kamu saat ini lagi nangisin kepergiaan Aku kan? Hehe.. pede banget yah gue :P
Jangan sedih karna kepergian Aku ya Rine. Aku janji suatu saat kita pasti akan bertemu lagi. Sueeeeeeeeer deh.. hehe..
Maafin Aku ya Rine, Aku yakin pasti kamu marah kan sama Aku karna Aku gak dateng ke kafe waktu itu, makanya kamu gak mau dateng waktu aku suruh kamu ketaman. Iya kan? Ngaku aja deh Rine... ;;)
Waktu itu Aku gak bisa dateng karna saudara Aku di Bogor kecelakaan Rine, Aku juga gak bisa ngabarin kamu karna hp Aku tertinggal dirumah. Maaf Rine...
                Kenapa kamu gak dateng ketaman sih Rine? Padahal Aku mau ngomong sesuatu yang penting sama kamu..Hmmm.. yaudah karna sekarang Aku sudah gak ada dan gak bisa ngomong langsung sesuatu yang penting itu sama kamu. Jadi, Aku ngomongnya disni aja ya Rine.....
Aurine Mitchell... Aku sayang sama kamu... sayang bukan sebagai sahabat, tapi lebih dari sahabat.kamu itu penyemangat Aku Rine. Aku cinta sama kamu Rine, sejak kita pertama kali bertemu. Aku emang pengecut Rine, Aku gak berani ngungkapin perasaan Aku sama kamu. Maaf...
                Tapi, saat Aku sudah punya keberanian untuk ngungkapin itu sama kamu, kamu malah marah sama Aku. Sampai akhirnya Aku harus membuat surat ini agar kamu tau perasaan Aku. Tapi. yasudahlah Rine, Aku yakin ini pasti yang terbaik yang Tuhan berikan untuk kita.
                Aku yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan yang lain yang terbaik untuk kamu.. yakin.
                Sudah dulu ya Rine... Malaikat surga nya sudah tidak sabar untuk mencabut nyawaku nih.. hehe.. Jaga diri baik baik ya Rine.. :)
Love,
Alvordo Kevin  
                Tangisku kembali pecah. Hatiku sakit, sakit sekali. Aku peluk Tante Maya dengan erat. “Maafin Aurine Tante..” kata ku sesegukkan.
“Sudahlah Rine, ini semua sudah terjadi. Gak ada yang perlu disesali.” Jawab Tante Maya membalas pelukanku.
Penyesalaan memang selalu datang belakangan.
Kalau saja waktu itu Aku tidak egois...
Kalau saja Aku waktu itu mau menemui Kevin di taman...
Kalau saja waktu itu Aku tidak menuruti ego ku...
Kalau saja waktu itu Akutidak berharap tidak ingin bertemu Kevin lagi...
Kalau saja.....
Mungkin tidak akan seperti ini jadinya....

Jumat, 10 Mei 2013

Film Barbie

Ini dia judul film Barbie


  • Barbie: The Barbie Diaries
     

     Barbie a Fashion Fairytale
    Barbie Present Thumbelina

    Barbie a Perfect Christmasl
     

    Barbie a Camping We Will Go
     
     Barbie Princess Charm School

      
    Barbie a Chritsmas Carol

    Barbie In a Mermaid Tale

    Barbie In The Nutcracker
     
     Barbie and The Three Musketeers

    Barbie: Mariposa as The Fairy Princess
     

    Barbie: The Princess and The Popstar

     Barbie as Rapunzel


    Barbie a Fairy Secret
     

     Barbie Fairytopia

    Barbie as The Princess and The Pauper
     

    Barbie In The Pink Shoes
     

    Barbie: The Diamond Castle
     
     Barbie: Swan Lake

     Barbie and The Magic of Pegasus

      
    Barbie In The 12 Dancing Princesses
Barbie as The Island Princess