Kamis, 04 Juli 2013
Selasa, 14 Mei 2013
Kalau Saja
Cerita ini di tulis untuk di ikut sertakan dalam kuis yang diadakan oleh Mbak Primadonna Angela @cinnamoncherry #NulisYuk
Kalau
Saja...
Di pojok kafe
Resep Cherry ini Aku menyesap dalam—dalam segelas cappuccino di hadapanku. Ini sudah gelas kelima yang Aku minum. Dua
jam sudah berlalu, tetapi yang ditunggu tak kunjung datang. Aku gelisah tak
menentu. Kemana dia? Mengapa dia tidak datang? Pertanyaan-pertanyaan itu
melayang-layang di kepalaku.
Aurine,
nanti ketemuan yuk di Kafe Resep Cherry jam 8 malam ya. Ada hal penting yang
ingin aku bicarakan. Sms nya tadi siang.
Mataku masih
sibuk mengamati pintu masuk Kafe ini, siapa tahu dia datang pikirku. Jariku
sibuk memencet tombol-tombol di hp. Aku mencoba menelpon nya, suara lagu She
Will Be Loved-nya Maroon 5 terdengar
dari sana. Tidak ada jawaban. Ku kirim pesan singkat ke nomer nya, sama saja,
tidak ada balasan.
Ya, Aku sedang
menunggu Kevin, sahabatku. Alvordo Kevin cowok ganteng berdarah Manado Belanda
yang biasa di panggil Kevin ini sudah hampir 1 tahun menjadi sahabatku.
Ia berjanji akan
menemui ku di sini, di kafe Resep Cherry ini. Ada sesuatu hal yang penting yang
ingin dia bicarakan. Tapi, sampai Kafe ini sudah mau tutup pun Kevin tak juga
datang.
“Permisi mbak...
Kafe kami sebentar lagi sudah mau tutup. Masih ada yang bisa kami bantu?” Kata
Sella, salah satu waitress kafe ini memberitahu ku.
“Oh baiklah,
boleh Saya minta bill nya?” kataku dengan mata masih mengamati pintu masuk.
“Tunggu sebentar
ya mbak.” Jawabnya seraya meninggalkanku.
Selagi waitress
mengambil bill ku, Aku mencoba menelpon Kevin lagi untuk yang kesekian kalinya dan
untuk yang terakhir kalin nya. Sama saja tetap tidak ada jawaban. Aku sebal.
“Ini mbak
bill nya.” Kata waitress menyodorkan selembar kertas ke hadapanku.
“Oh terima kasih,
ini... ambil aja kembalian nya.” Kataku. Ku keluarkan selembar uang seratusan
dan ku kasih ke waitress yang bernama Sella ini.
“Terima kasih
mbak.” Jawabnya sambil tersenyum ramah kepadaku. Ku balas senyum ramahnya itu.
***
Aku mengulet
malas di kasur. Ku lihat jam dinding, baru pukul 6.30. Masih pagi. Mata kuliah
akan dimulai 5 jam lagi. Masih ada waktu untuk Aku bermalas malasan pikir ku.
Aku menguap lebar. Kesal menunggu Kevin semalam membuat Aku cukup lelah.
Ah, iya Kevin!
Aku baru ingat. Buru-buru ku cari hp dan ku cek. Kekecewaan terlihat di raut
wajah ku. Tidak ada satu pun sms atau telpon darinya. Kekesalan ku menambah.
“Menyebalkan, sungguh
menyebalkan. Sudah ingkar janji, tidak mengabari ku, tidak minta maaf pula.
Argggh...” gerut uku sebal sambil memukul guling kesayanganku.
“Awas aja ya
Vin, aku gak akan memaafkan mu. Aku gak akan mau bertemu lagi denganmu. Hhh...”
janji ku pada diri sendiri.
Kulangkah kan
kaki ku dengan malas menuju kelas. Tidak terasa sudah pukul 10.15, lima belas
menit lagi kuliah dimulai. Benar saja lima belas menit kemudian Bu Keysia sudah
menampakkan tubuhnya yang tambun itu.
90 menit mata
kuliah Bu Keysia berlangsung. Tidak ada satupun penjelasan yang di kasih Bu
Keysia masuk ke otakku. Yang hanya di pikiranku hanya lah Kevin. Perasaan
dongkol sekaligus khawatir itu muncul lagi. Sampai-sampai aku tidak sadar telah
menggebrak meja.
Braaaak!!!
“Auuuu..” pekik
ku kesakitan. Telapak tanganku memerah perih. Aku terlalu keras memukul meja.
Semua mata tertuju padaku. Begitu juga dengan Bu Keysia. Sorot matanya terlihat
sinis menatapku, sepertinya, ia tidak suka pelajarannya terganggu oleh ku.
Benar saja.
“AURINE MITCHELL!!!”
terika Bu Keysia ke seluruh saentro kelas.
“I...ii..iya
Bu.” Jawabku takut-takut.
“Sekarang kamu
keluar dari pelajaran saya, karna kamu sudah mengganggu konsentarsi ibu!”
perintah Bu Keysia galak.
Cepat-cepat ku
masukkan bukuku ke dalam tas, lalu kulangkah kan kaki menuju keluar kelas sambil
tertunduk lemas dan malu. Argggh... ini semua gara-gara Kevin, gerutu ku dalam
hati.
Aku jatuhkan
tubuhku di bangku kantin sekolah. Ku pesan segelas Es Jeruk untuk menenangkan
hatiku.
Tidak lama, terdengar
suara Marisa memanggil-manggil namaku dari kejauhan.
“Aurine.. rine.”
Panggil Marisa setengah berteriak.
“Apa?” jawabku
lemas setelah ia berada di dekatku.
“Dih. Kenapa lo?
Lemes amat keliatan nya. Hm.. bu pesan jus stroberi nya ya satu” jawab Marisa
sambil memesan jus stroberi.
“Tadi gue di
keluarin Bu Keysia dari kelasnya.”
“Loh? Kok bisa?
Emang nya lo ngapain sih Rine?”
“Tadi gue
ngegubrak meja.” Jawabku singkat.
“Weeeeess.
Lagian lo ngapain lagi ngegubrak meja di kelas?”
“Gue dongkol
gara-gara ngelamunin Kevin.”
“Emang kenapa
kevin?”
“Kemaren dia
janji mau ketemuan sama gue di kafe biasa jam 8 malam, gue udah nunggu 2 jam di
sana, udah kaya kambing congek, tapi dia gak dateng dateng juga. Gue udah
telponin, smsin berkali kali juga gak di angkat atau pun di bales. Eh tadi pagi
nih, pas gua bangun. Kaga ada tuh satu pun sms dari kevin buat minta maaf sama
gue. Nyebelin kan. Siapa juga yang gak gondok kaya gitu.” Ceritaku panjang
lebar.
“Yaudah sih,
sampe segitu nya Rine. Lagian kan dia baru pertama kalinya kan kaya begini.” Kata
Marisa, sabar.
“ Tapikan...dia
seenggaknya bisa ngabarin gue gitu kalo gak bisa dateng.”
“Mungkin dia
lagi urusan penting yang gak bisa di tinggalin kali Rine makanya dia gak bisa
dateng dan gak bisa ngabarin lo.”
Seketika aku memikirkan
perkataan Marisa tadi. Benar juga kata Marisa, mungkin dia ada urusan yang gak
bisa dia tinggalin, pikirku. Perlahan hatiku luluh. Tetapi, sejenak aku ingat
kejadian menyebalkan kemarin. Hatiku kembali mengeras. Yah begitulah aku keras
dan egois,
“Ah sebodo amat
deh Sa. Pokonya gue sebel sama kevin. Gue gamau lagi ketemu sama dia.” Kataku
emosi
“Jangan gitu loh
Rine, nanti kalo kejadian beneran aja, nyesel lo.” Kata marisa memperingatiku.
***
Bintang-bintang
gemerlap bertaburan di langit luas. Aku
sedang duduk melamun di bangku santai balkon rumah.
Dreeett...dreeet..
Bunyi handphone
membuyarkan lamunanku. Kulihat layar hp ku. Terlihat satu sms. Dari Kevin.
Rine,
bisa ketemu gak sekarang? Di taman komplek rumahmu.
Ku abaikan sms
Kevin, Aku masih sebal dengannya. 10 menit kemudian terdengar lagi suara
getaran hp masih dari orang yang sama dan permohonan yang sama. Aku tetap
mengabaikannya. 5 menit berlalu, suara getaran hp terdengar kembali. Kali ini
bukan sms tapi telpon. Kevin menlponku, tetap saja Aku tidak mengangkat telpon
darinya.
Bunyi getaran
sudah mati, tidak lama terdengar lagi bunyi yang sama.
Ku
mohon Rine, kali ini saja. Di taman komplek. Sekarang.
Baiklah.
Balasku singkat.
Aku bergegas
keluar meninggalkan balkon, bukan untuk menemui Kevin tapi untuk pergi tidur.
Aku membalas smsnya hanya agar dia tidak lagi menggangguku. Aku malas bertemu
dengannya. Aku Belum ingin bertemu dengannya. Lagi pula ini sudah sangat larut.
Jadi kuputuskan untu mencucu kaki dan pergi ke indahnya alam mimpi.
***
Hari-hari pun
berlalu. Setelah malam itu tidak ada lagi sms dari kevin. Malam itu adalah sms
terakhir yang kevin kirim kepadaku. Akupun tidak begitu terlalu memikirkannya,
karna aku sibuk dengan tugas kuliahku.
Pukul 9.30
malam. Aku baru pulang kuliah. Angkot yang biasanya aku naiiki sudah tidak
beroprasi jam segini. Kuputuskan untuk naik ojek saja. Ojek yang kunaiiki kali
ini melintas melewati rumah Kevin.
Ibu-ibu
berpakain hitam terlihat keluar dari rumah Kevin. Ada apa di rumah Kevin. Mengapa
banyak ibu-ibu berpakaian hitam. Perasaan penasaraan menyergapiku. Kuhentikan
ojek yang ku naiikki. Ku langkahkan kaki ku menuju kedalam rumah Kevin. Disana
terlihat wanita separuh baya dengan mata yang sembab sedang memeluk sebuah
foto.
Aku berjalan
mendekatinya. Terasa aura kesedihan di dalam rumah Kevin. Perasaanku tidak
enak.
“Tante.. ini ada
apa?” tanyaku hati-hati kepada Tante Maya, Mama Kevin.
“Tah.. tah..
li.. tahlilan Rine.” Jawab Tante Maya dengan bibir bergemetar.
“Siapa yang
meninggal Tante? Siapa Tante? Dimana Kevin?
“Kev.. Kevi..
Kevin Rine. Kevin udah pergi. Seminggu yang lalu.” Terlihat sebulir air jatuh
membasahi pipi Tante Maya.
“Gak mungkin
Tan. Tante bohong kan sama Aurine. Ini gak bener kan Tan?” aku tertohok oleh
pernyataan Tante maya. Hatiku terasa sakit, seperti luka yang di tetesi cuka.
“Ini bener Rine.
Kevin meninggal tertabrak truk sepulang ia dari taman. Waktu itu ia izin ke
Tante untuk bertemu dengan mu. Tetapi beberapa jam setelah Kevin pergi, Tante
dapet kabar kalau dia tertabrak dan sudah ada di rumah sakit. Nyawanya ga bisa
tertolong lagi Rine” Cerita Tante Maya
Aku diam, tak
mampu berkata apapun. Aku hanya menangis. Ingin rasanya Aku menjerit. Tapi apa
daya, percuma semuannya sudah terjadi. Apa yang bisa ku perbuat lagi.
“Ini Rine, ini
surat yang Kevin tulis sebelum Ia pergi, buat kamu.” Kata Tante Maya,
menyodorkan segulung kertas dengan pita berwarna ungu, warna kesukaanku.
Aku menerima
gulungan itu dan Aku membacanya dengan derasnya air mata membasahi pipiku.
Dear
Aurine,
Jangan
nangis Rine! Aku yakin pasti kamu saat ini lagi nangisin kepergiaan Aku kan?
Hehe.. pede banget yah gue :P
Jangan
sedih karna kepergian Aku ya Rine. Aku janji suatu saat kita pasti akan bertemu
lagi. Sueeeeeeeeer deh.. hehe..
Maafin
Aku ya Rine, Aku yakin pasti kamu marah kan sama Aku karna Aku gak dateng ke
kafe waktu itu, makanya kamu gak mau dateng waktu aku suruh kamu ketaman. Iya
kan? Ngaku aja deh Rine... ;;)
Waktu
itu Aku gak bisa dateng karna saudara Aku di Bogor kecelakaan Rine, Aku juga gak
bisa ngabarin kamu karna hp Aku tertinggal dirumah. Maaf Rine...
Kenapa
kamu gak dateng ketaman sih Rine? Padahal Aku mau ngomong sesuatu yang penting
sama kamu..Hmmm.. yaudah karna sekarang Aku sudah gak ada dan gak bisa ngomong
langsung sesuatu yang penting itu sama kamu. Jadi, Aku ngomongnya disni aja ya
Rine.....
Aurine
Mitchell... Aku sayang sama kamu... sayang bukan sebagai sahabat, tapi lebih
dari sahabat.kamu itu penyemangat Aku Rine. Aku cinta sama kamu Rine, sejak
kita pertama kali bertemu. Aku emang pengecut Rine, Aku gak berani ngungkapin
perasaan Aku sama kamu. Maaf...
Tapi,
saat Aku sudah punya keberanian untuk ngungkapin itu sama kamu, kamu malah
marah sama Aku. Sampai akhirnya Aku harus membuat surat ini agar kamu tau
perasaan Aku. Tapi. yasudahlah Rine, Aku yakin ini pasti yang terbaik yang
Tuhan berikan untuk kita.
Aku
yakin Tuhan pasti sudah menyiapkan yang lain yang terbaik untuk kamu.. yakin.
Sudah
dulu ya Rine... Malaikat surga nya sudah tidak sabar untuk mencabut nyawaku
nih.. hehe.. Jaga diri baik baik ya Rine.. :)
Love,
Alvordo Kevin
Tangisku
kembali pecah. Hatiku sakit, sakit sekali. Aku peluk Tante Maya dengan erat.
“Maafin Aurine Tante..” kata ku sesegukkan.
“Sudahlah Rine, ini semua sudah
terjadi. Gak ada yang perlu disesali.” Jawab Tante Maya membalas pelukanku.
Penyesalaan memang selalu datang
belakangan.
Kalau
saja waktu itu Aku tidak egois...
Kalau
saja Aku waktu itu mau menemui Kevin di taman...
Kalau
saja waktu itu Aku tidak menuruti ego ku...
Kalau
saja waktu itu Akutidak berharap tidak ingin bertemu Kevin lagi...
Kalau
saja.....
Mungkin
tidak akan seperti ini jadinya....
Jumat, 10 Mei 2013
Film Barbie
Ini dia judul film Barbie
-
Barbie: The Barbie Diaries
Barbie a Fashion Fairytale
Barbie Present Thumbelina
Barbie a Perfect Christmasl
Barbie a Camping We Will Go
Barbie In a Mermaid Tale
Barbie In The Nutcracker
Barbie and The Three Musketeers
Barbie: Mariposa as The Fairy Princess
Barbie: The Princess and The Popstar
Barbie as Rapunzel
Barbie a Fairy Secret
Barbie Fairytopia
Barbie as The Princess and The Pauper
Barbie In The Pink Shoes
Barbie: The Diamond Castle
Barbie: Swan Lake
Barbie and The Magic of Pegasus
Barbie In The 12 Dancing Princesses
Barbie as The Island Princess
Langganan:
Postingan (Atom)